Bandung dan Jakarta Tuan Rumah Peringatan 60 Tahun KAA
Bandung dan
Jakarta Tuan Rumah Peringatan 60 Tahun KAA
Momen bersejarah Konferensi Asia Afrika
menginjak usia ke-60 pada 2015 ini. Peringatan konferensi yang sangat
berpengaruh terhadap perdamaian dunia tersebut akan berlangsung 19-24 April di
Bandung dan Jakarta. Pada konferensi pers di Istana Presiden, Jum'at (9/1),
Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi menyatakan bahwa Pemerintah akan mengundang
106 wakil negara dan 19 organisasi internasional untuk berpatisipasi dalam
acara tersebut. Tema yang akan diusung dalam Peringatan ke-60 tahun Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika adalah "Penguatan Kerjasama Negara
Selatan-Selatan".
"Tema yang akan kita jual dalam
peringatan 60 tahun KAA adalah perkuatan, straigthening, kerjasama
selatan-selatan. Akan tetapi, pada saat yang sama kita juga menginginkan agar
kerjasama selatan-selatan ini juga memberikan kontribusi terhadap upaya untuk
mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia," paparnya.
Rangkaian kegiatan yang direncanakan
meliputi pertemuan internal antarwakil negara pada 19-23 April 2015 di
Jakarta. Rencananya dimulai pertemuan tingkat pejabat tinggi, diteruskan dengan
pertemuan tingkat menteri, dan diakhiri dengan pertemuan tingkat kepala
negara/pemerintahannya.
Sementara itu, acara puncak peringatan akan
berlokasi di Bandung, tepatnya di Gedung Merdeka yang sekarang disebut sebagai
Gedung Asia Afrika. Gedung tersebut adalah lokasi dimana Konferensi Asia Afrika
dulu dilaksanakan pada 1955.Selain itu, ada beberapa acara besar lainnya yang
akan digelar di Bandung seperti Asia
Afrika Carnival
dan Asia Afrika Forum Bisnis.
Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung berencana
akan memberlakukan hari libur pada 24 April 2015 sehingga warga Bandung dapat
bergabung dalam perayaan tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak kurang dari 15
acara tingkat nasional akan disusun menuju peringatan puncak di Bandung.Selain
itu, pada acara itu akan digelar konferensi HAM dan teknologi.Pihaknya juga
akan mengundang CEO bisnis dunia.
"Akan ada parade lebih dari 100 negara
peserta yang tampil dengan kostum nasional disertai musik masing-masing negara,
mereka akan menampilkan budaya sendiri. Peringatakan Konferensi Asia Afrika
tahun ini diwarnai banyak musik dan warna, pasti akan sangat berkesan,"
tambah Ridwan Kamil.
Sementara itu, Presiden Indonesia, Joko
Widodo, menyatakan bahwa ini adalah momen yang sempurna bagi dunia untuk
mengingat bahwa Indonesia telah memainkan sejarah penting dalam sejarah dunia.
Ia berharap bahwa peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika dapat menghidupkan
hal itu dan meminta agar semua pihak bisa mempersiapkan Peringatan Konferensi
Asia Afrika (KAA) ke-60 dengan baik.
“Kita tahu ini adalah sebuah momentum yang
sangat baik bagi negara kita untuk kembali mengingatkan kepada dunia bahwa kita
mempunyai peran yang sangat besar pada saat itu dan kita ingin memori dan
ingatan itu kita ingin angkat kembali,”jelas Jokowi.
Oleh sebab itu, lanjut Jokowi, Indonesia harus
mempersiapkan peringatan KTT Asia Afrika dengan baik. Mulai dari akomodasi,
logistik, pengamanan protokol, dan juga dari segi petugas kesehatan.
"Karena praktis waktunya tinggal 3 bulan lagi," tegas Jokowi.
Konferensi demi Perdamaian Dunia
Konferensi Asia Afrika diadakan usai Perang
Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya Perang
Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat)dan Rusia (pemimpin Blok
Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan dari
negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan senjata
pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya
perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang
persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia.
Pemerintah Indonesia, melalui saluran
diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui
sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi
Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut
baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula
dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang
berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung
dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.
Demi menggagas konferensi, pada 28 - 29
Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri
peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon)
mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan
persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuandi Bogor berhasil merumuskan
kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada
Konferensi Asia Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA.
Lima perdana menteri yang hadir dalam
pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari Indonesia,
Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah
dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana
Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai
Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal
sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah
konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk
Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan Bandung
dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara yang hadir adalah:
Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of Srilanka, Muhammad Ali
dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Abdel Nasser
dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil
meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman
operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai
"10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat cerminan
penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian
dunia. Berikut adalah isi Dasasila Bandung.
- Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
- Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
- Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
- Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
- Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
- Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
- Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
- Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Setelah kesepakatan dari Konferensi Asia
Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di Asia dan Afrika
memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang memupuskan
niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol untuk
meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.
Analisis : Konferensi
Asia-Afrika pertama diadakan di Bandung pada tahun 1955 untuk mengupayakan
kebebasan dari kekuasaan kolonial dan menolak pengaruh berlebihan dari dua
negara kuat: AS dan Uni Soviet. Pada peringatan ke-60 tahun di Jakarta dan
Bandung, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir
mengatakan fokus tahun ini berbeda. KAA pertama itu mendorong pembentukan
Gerakan Non-Blok. Dengan berakhirnya perang dingin, sebagian pengamat
mempertanyakan relevansi dari organisasi multi-nasional itu.
Pertemuan-pertemuannya seringkali menghasilkan retorika anti-Barat namun tidak
menelurkan program kerja sama. Tahun ini, Presiden Joko Widodo ingin memberi
negara-negara berkembang sebuah kerangka kerja baru berdasarkan kerja sama dan
pembangunan. Dalam konferensi itu, penyelenggara akan mengupayakan peningkatan
kerja sama Selatan-Selatan; istilah yang berarti kerjasama langsung antar
negara berkembang, dan kerjasama yang melibatkan negara-negara berkembang dan
negara-negara Barat yang maju untuk memberikan bantuan.
Kesimpulan : Konferensi Asia Afrika di Bandung
berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan
pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan
ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal
sebagai "10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat
cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa,
dan perdamaian dunia. Berikut adalah isi Dasasila Bandung.
- Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
- Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
- Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
- Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
- Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
- Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
- Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
- Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.